Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens
Serba Serbi Pemilu 9 April 2009
Tanggal 9 April, rakyat Indonesia dari desa sampai kota, dari pedalaman sampai yang tinggal di apartemen dua puluh lantai, berbondong-bondong menggunakan hak pilihnya untuk memilih anggota legislatif. Begitu juga dengan keluargaku.
Kebetulan TPS di daerah kami cukup dekat, hanya berjarak beberapa kilometer saja. Jadi kami bisa menyelesaikan pekerjaan rumah dahulu sebelum antri mencontreng. Papa dan mama berboncengan naik motor terlebih dahulu, setelah mereka pulang giliran kedua kakakku berboncengan naik motor bersama.
Tidak beberapa lama kemudian, kedua kakakku datang dan heboh bercerita bagaimana suasana pencontrengan di sana. Tentang bilik yang sekarang modelnya menggunakan semacam plat tipis dan hanya menutupi sebagian tubuh pencontreng -- bandingkan dengan dulu ketika bilik pencoblosan modelnya seperti kamar pas di toko lengkap dengan korden sebagai pintunya. Kini pencontreng bisa mengintip sebelahnya bahkan bertanya jika mereka bingung bagaimana melakukan pencontrengan. Mereka juga bercerita besarnya kertas pemilih yang berisi puluhan partai lengkap dengan nama setiap caleg. "Kertasnya ada empat lembar, besar-besar, kalau dulu kan kecil isinya cuma tiga partai," ujar kakakku. "Ada yang pakai foto segala lho," tambah kakakku yang satu lagi.
Yang tidak berubah adalah prosedur pencelupan jari ke tinta setelah mencontreng. Dengan bangga kakak menunjukkan jari kelingkingnya yang ujungnya berwarna hitam. Sementara kakakku yang lain cemberut, dia hendak mengecat kukunya, kini dia terpaksa menunggu hingga tintanya hilang karena kukunya berwarna hitam keunguan. "Aku sudah bilang pada mereka, jangan banyak-banyak, tapi tetap saja kukuku ikut tercelup. Seharusnya mereka menyediakan cotton bud, sehingga aku tidak perlu mencelupkan jariku ke tempat tinta," omelnya panjang lebar.
Setelah sibuk bercerita tentang keadaan TPS, kini kedua kakakku bercerita tentang kebingungan mereka dengan daftar caleg yang tertera di kertas. Saking banyaknya dan mereka tidak kenal siapa saja caleg tersebut, keedua kakakku bingung siapa yang mereka pilih. "Aku milih yang cantik," kata kakak tertua. "Kalo aku yang namanya bagus, yang namanya kedengaran modern, ga ndeso," ujar kakak nomor dua.
Inilah pasca pemilu di rumah kami. Pembicaraan tentang pemilu masih berlanjut beberapa hari kemudian ketika koran-koran memberitakan tentang para caleg yang mengalami gangguan jiwa karena kalah dalam pemilu. Ada-ada saja tingkah mereka, membuat kami menggeleng-gelengkan kepala membacanya, ada yang mengamuk di tepi jalan, ada yang diam saja karena stress, dan ada yang berorasi di atas meja rumah sakit jiwa.
Ah, ada-ada saja.. Bagaimana dengan pemilihan capres besok ya? Ah, kita lihat saja nanti.
- amelia's blog
- Login to post comments
- 3205 reads
capres
"Kalo aku yang namanya bagus, yang namanya kedengaran modern, ga ndeso," ujar kakak nomor dua
baca kalimat itu aku jd inget
capres skrg kalo buat singkatan duet bagus2
ada SBY berbudi, Mega pro
hahaha
• the kingdom, the power, and the glory, are Yours 4ever •
• the kingdom, the power, and the glory, are Yours 4ever •
Gayanya
Nampak spt putus harapan toh mrk tu kalah dalam pemilu,gaya ngak percaya Yesus.
Geadley