Imlek 2009

Apa yang istimewa imlek tahun ini?

Dibandingkan tahun lalu imlek tahun ini tidak seramai dan seistimewa dulu. Bahkan mungkin ini adalah tahun pertama ak merasakan imlek yang sepi tanpa greget. Memang keluargaku bukan keturunan tiong hoa yang merayakan imlek secara turun temurun, tapi karena dulu mayoritas tetanggaku adalah warga keturunan jadi kami ikut merasakan meriahnya imlek seperti halnya Natal dan Lebaran.

Di komplekku yang lama ada sebuah kebiasaan, yaitu tetangga yang merayakan sebuah hari besar akan membagi-bagikan kardus berisi makanan kepada tetangganya yang lainnya. Misalnya keluargaku merayakan Natal, maka menjelang Natal mama akan membagi-bagikan kardus berisi nasi kuning, opor ayam, sambal goreng ati, krupuk, dll. ke tetangga sekitar, plus tukang becak dan tukang sampah. Begitu pun sebaliknya, ketika ada tetangga yang merayakan Lebaran maka dia akan membagi-bagikan ketupat opor ke tetangga sekitarnya.

Nah, karena dulu tetanggaku mayoritas adalah warga keturunan maka menjelang imlek biasanya mereka sudah saling menghantarkan makanan satu sama lain, termasuk ke tetangga yang tidak merayakan imlek. Biasanya yang diberi adalah nasi kuning, ayam kampung utuh satu ekor, buah apel, dan tentu saja kue ranjang. Menjelang malam, biasanya kami akan menonton tetangga yang menyalakan kembang api. Jadi dalam setahun kami bisa menikmati kembang api gratisan dua hingga tiga kali (tahun baru, natal, lebaran, dan imlek).

Ketika kakak bekerja di Jakarta, imlek terasa lebih istimewa lagi karena kakak mengambil cuti pulang pada saat imlek. Alasannya sederhana, lebih sepi ketimbang Lebaran atau Natal. Kegembiraan kami semakin lengkap karena kakak selalu membelikan oleh-oleh untuk kami -- adik-adiknya.

Tahun lalu keluarga kami pindah rumah. Di lingkungan kami yang baru ini tidak banyak warga keturunan. Imlek terasa sepi sekali, hanya menunggu hujan reda di balik jendela sambil mendengarkan mama mengucapkan selamat kepada keluarga kami yang merayakan imlek.