Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens

Pemahaman yang Diubahkan dalam Konvensi Nasional Reformasi 500 "Reformasi dan Dinamika Sejarah"

admin's picture

Oleh: Maskunarti

Shalom, saya Kun akan membagikan pengalaman saya ketika mengikuti konvensi Nasional Reformasi dan Dinamika Sejarah. Saat itu, saya, Bu Yulia, Aji, dan Hilda mewakili SABDA untuk menghadiri konvensi Nasional Reformasi dan Dinamika Sejarah di hotel UTC Semarang. Jumat, 28 Juli 2017 pukul 12.00 WIB, kami bersama rombongan GRII Solo berangkat menuju Semarang  dengan memakai transportasi bus. Kondisi lalu lintas yang cukup ramai membuat kami tiba di Semarang  saat sore, sehingga kami bergegas langsung menuju hall Sinta untuk mengikuti acara konvensi. Kovensi yang kami ikuti berlangsung selama dua hari. Selama dua hari kami diberikan materi tentang Reformasi dan Dinamika Sejarah oleh para hamba Tuhan yang sudah berpengalaman.

Acara dibuka dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pdt. Stephen Tong. Beliau bercerita bahwa Semarang adalah kota pertama ia melaksanakan KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani). Dan, setelah 66 tahun ia kembali ke Semarang untuk memperingati 500 Reformasi. Ia pun bergumul, "Apakah semangatnya saat ini tetap sama dengan 66 tahun yang lalu?". Demikian pula dengan reformasi yang membakar kembali semangat gereja untuk tetap setia kepada firman Tuhan dan semangat mula-mulanya. Ada dua poin penting yang dikerjakan dalam reformasi, yaitu Tuhan merobohkan dasar yang salah melalui pelayanan Martin Luther dan Tuhan membangkitkan kembali sistem yang benar melalui pelayanan John Calvin.

Sesi 1 dan 2 yang dibawakan oleh Pdt. Jimmy membahas tentang Soli Deo Gloria (Kemuliaan Hanya bagi Tuhan) dan fungsi gereja di dunia ini. Di zaman Marthin Luther hidup, gereja mengajarkan bahwa Allah hanyalah Hakim dan Pemberi Surga. Luther menentang konsep ini, karena ia tahu bahwa Tuhan yang ia kenal adalah Tuhan yang justu ingin dekat dan mengenal manusia lebih dari keinginan manusia untuk dekat dengan-Nya. Kedekatan inilah yang menghasilkan perubahan karena pertobatan yang akan memampukan kita untuk memaknai kemuliaan Allah yang tertinggi, yaitu menjadi yang terendah dengan mati di kayu salib. Tugas gereja yang seharusnya menyatakan Kristus di tengah-tengah jemaat malah sibuk mengurusi soal Surga dan mendominasi otoritas tertinggi yang justru menjadi penghalang Kristus dan jemaat. Otoritas gereja seharusnya otoritas berdasar firman Tuhan. Gereja harus mengubah dunia bukan dengan terjun ke dunia tetapi dengan membawa prinsip Kristen kepada dunia.

Sesi 3 dan 4 dibawakan oleh Pdt. Ivan membahas tentang bagaimana reformasi Protestan muncul dan bagaimana dampak sosialnya. Reformasi lahir karena adanya keresahan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri orang-orang yang setia kepada Tuhan terhadap penyelewengan yang dilakukan gereja dalam pengajaran dan konsep-konsep yang mereka ajarkan. Munculnya mesin cetak juga semakin mempermudah viralnya semangat perubahan sehingga semakin banyak jemaat yang menyerukan "REFORMASI!". Ketika anak-anak Tuhan mencintai Tuhan dengan mengerti firman-Nya maka dunia akan diubahkan menjadi "gereja yang berimpact", inilah tujuan utama reformasi. Reformasi gereja tidak hanya berdampak kepada gereja tetapi juga dunia. Reformasi telah memengaruhi cara manusia bersikap terhadap dunia, etika kerja, supremasi hukum, demokrasi, kesetaraan, dan desentralisasi kekuasaan.

Pada sesi 5 dan 6 kami sempat dibuat tegang dengan pembahasan yang dibawakan oleh Pdt. Agus Marjanto yang begitu berapi-api. Topik yang dibawakannya adalah Sola Scriptura(Only the word of God) dan Sola Christus (Only Christ). Berkali-kali beliau menegaskan bahwa isu sesungguhnya reformasi adalah kepentingan dari SOLA (Only). Gereja pada zaman Luther mengakui Alkitab sebagai kebenaran dan Kristus sebagai Juru Selamat. Namun gereja mengajarkan bahwa hal tersebut tidak cukup ada banyak aturan dan sakramen tambahan yang harus diikuti oleh jemaat. Reformasi menegaskan bahwa karya Kristus sempurna untuk menyelamatkan dan Alkitab adalah hukum tertinggi.

Kemudian sesi 7 oleh Pdt. Nugroho membahas Sola Gratia (Hanya oleh Anugerah) yang membagikan beberapa ilustrasi dari konsep anugerah Tuhan. Ada 3 aspek anugerah, yaitu: Anugerah kasih Kristus yang datang untuk mati menanggung dosa manusia, Anugerah kasih Bapa yang merelakan anakNya yang tunggal itu, dan Anugerah kasih Roh Kudus yang dengan sabar membuka hati manusia untuk menerima keselamatan. Sesi 8 dilanjutkan dengan nonton film bersama kisah Martin Luther yang memperjuangan reformasi gereja dan penerjemahan Alkitab dalam bahasa Jerman.

Saya bersyukur bisa mengikuti dan belajar banyak dari konvensi 500 tahun reformasi ini. Saya menyadari bahwa pemahaman tentang doktrin gereja saya sangatlah dangkal. Belajar dari sikap Luther, saya perlu lebih kritis terhadap pengajaran gereja, "apakah gereja saat ini masih setia pada semangatnya mula-mula?". Saat ini pun gereja sedang menghadapi isu-isu yang sama tetapi dengan kemasan yang 'kekinian'. Aplikasi yang paling praktis bagi saya adalah mendekat kepada Tuhan dengan menikmati firman-Nya sehingga saya tidak lagi diombang-ambingan angin pengajaran. Ayo lahirkan reformasi baru! Tuhan Martin Luther adalah Tuhan kita  juga! Ia bisa memakai kita! Ia bisa memakai kita seperti Ia memakai Luther!

Mari semangat untuk selalu kembali pada Alkitab. Kiranya teman-teman semuanya terberkati. Tuhan Yesus memberkati.

Disclaimer | Situs ini dibuat oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) © 2008-2024 | Buku Tamu | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Laporan Masalah/Saran