Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDA Space Teens

Blog SABDA

Syndicate content
melayani dengan berbagi
Updated: 6 years 3 weeks ago

Pengalaman Menerjemahkan Komik Alkitab di YLSA

Kam, 11/15/2018 - 11:02

Oleh: *Sinara Tonda Vennata

Nama saya Sinara Tonda Vennata. Saya adalah mahasiswi dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Fakultas Sastra Inggris, jurusan Translation. Sejak September sampai November 2018, saya dan tiga teman saya, yaitu Dinda, Thesa, dan Zefanya, melakukan kerja magang di YLSA. Sesuai dengan bidang yang kami ambil, yaitu Translation, tugas yang diberikan kepada kami lebih diutamakan untuk menjadi penerjemah. Pada kesempatan ini, saya akan membagikan pengalaman mengerjakan salah satu tugas saya di YLSA, yaitu menerjemahkan komik.

Komik yang kami terjemahkan di sini adalah komik Alkitab. YLSA adalah organisasi Kristen nonprofit yang bergerak dalam bidang pelayanan media komputer dan internet. Pelayanan yang dilakukan terutama bersifat digital dan online. YLSA tidak terlalu banyak melakukan pelayanan tatap muka dengan para penggunanya, tetapi menjadi penyedia bahan, infrastruktur, dan sarana lainnya bagi orang Kristen pada era digital ini. Bahan-bahannya bisa diakses secara digital melalui situs atau aplikasi.

Komik Alkitab adalah salah satu proyek dari YLSA yang saat ini sedang dikerjakan. Tugas pertama kami adalah terlibat dalam pengerjaan komik ini selama tiga minggu pertama. Sebagai mahasiswa jurusan Translation, kami sudah memiliki pengalaman dalam menerjemahkan karya tulis, seperti artikel, cerita pendek, novel, dan puisi. Namun, menerjemahkan komik adalah pengalaman baru bagi kami. Mulai dari alur dan cara mengerjakannya yang sangat sistematis dalam menerjemahkan komik Alkitab ini, kami tidak dapat menerjemahkannya sebebas menerjemahkan karya sastra lainnya. Kami tidak dapat menerjemahkannya sedinamis mungkin. Teknik yang diajarkan kepada kami adalah menerjemahkannya dengan tetap setia pada teks bahasa Inggris asli (harfiah). Penerjemahan harfiah atau yang sering disebut "literal translation" merupakan teknik yang digunakan untuk menerjemahkan kata per kata dan mengikuti pola kalimat sesuai teks sumber. Namun, meski terjemahannya harfiah, kami juga diminta untuk tetap memperhatikan agar terjemahan komik ini natural dalam bahasa percakapan. Jika menerjemahkan teks narasi, kami diminta untuk tetap menggunakan bahasa yang baku dan formal. Ketika menerjemahkan percakapan, bahasanya harus lebih luwes dan tidak terlalu kaku, tetapi tetap harus setia pada arti dan pola teks sumbernya. Selain itu, ada beberapa istilah yang harus disesuaikan dengan Alkitab Yang Terbuka (AYT). AYT adalah proyek penerjemahan Alkitab yang dikerjakan oleh YLSA.

Pengalaman saya selama menerjemahkan komik Alkitab membuat kemampuan saya dalam menerjemahkan semakin diasah dan menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Selain diberikan training tentang cara menerjemahkan komik Alkitab ini, kami juga melakukan cek secara "in pair" dan juga baca tepat yang dilakukan bersama rekan kerja. Hal ini membuat saya lebih tahu akan kekurangan saya dalam menerjemahkan sehingga bisa memperbaikinya untuk lebih baik lagi. Hal lain yang tidak kalah penting adalah saya merasakan siraman rohani pada saat menerjemahkan komik tersebut. Menerjemahkan komik Alkitab mewajibkan saya untuk membaca Alkitab yang menjadi referensi dan acuan kami dalam menerjemahkan. Selain itu, secara tidak langsung, saya pun ikut membaca kisah-kisah karakter Alkitab dari komik tersebut. Hal ini membuat saya menjadi lebih bertumbuh dalam pemahaman firman Allah. Saya menjadi lebih mengenal perbuatan Tuhan, dan dari situ, saya bisa belajar lebih banyak tentang firman Tuhan dan apa yang menjadi perintah-perintah-Nya bagi umat manusia di dunia. Terima kasih.

Pelajaran dari Seminar “Digital Quotient” di YLSA

Kam, 11/08/2018 - 09:43

Oleh: *Iwan

Shalom,

Perkenalkan, nama saya Iwan Kristiawan Nugroho. Saat ini, saya sedang menjalani masa percobaan sebagai staf baru di YLSA. Pengalaman yang sangat berharga sebagai staf baru adalah ketika saya mengikuti seminar dalam rangka memperingati ulang tahun ke-24 YLSA. Biasanya, ulang tahun dirayakan dengan pesta yang penuh dengan kemewahan. Akan tetapi, kali ini sangat berbeda. YLSA justru merayakan ulang tahun dengan kegiatan yang sangat bermanfaat, yaitu dengan menggelar sebuah seminar dengan tajuk “Digital Quotient”. Seminar ini dihadiri oleh beberapa kalangan, baik orang awam, pelajar, mahasiswa, majelis atau pengurus gereja, bahkan hamba Tuhan/pendeta.

Yang berkesan lainnya adalah setelah beberapa hari bekerja, saya diberi kesempatan untuk terlibat dalam persiapan seminar ini. Sungguh irama kerja yang sangat menarik, semua staf YLSA mempersiapkan tugas sesuai dengan bagian masing-masing. Mulai dari cara pendaftaran, cara mengisi evaluasi dengan Google Form, dekorasi, permainan online, sampai cara melakukan presentasi yang menekankan kreativitas dan kolaborasi, suatu ciri khas dalam dunia digital. Saya belajar banyak dari proses persiapan ini karena semua bekerja sama dengan kompak untuk mempersiapkannya. Saya bersyukur kepada Tuhan, suatu kehormatan bagi saya ketika saya dipercaya untuk menyampaikan materi pula. Saya berkolaborasi dengan Mbak Santi untuk menyampaikan tentang "Teknologi pada Era Digital". Jika Mbak Santi memaparkan tentang dampak positif penggunaan teknologi, saya menyampaikan hasil riset saya tentang dampak negatif penggunaan teknologi. Bersyukur, sebelum hari H, ada simulasi untuk melakukan presentasi sehingga pada hari H, saya dan teman-teman lain bisa lebih siap dalam membawakan presentasi ini.

Pada hari H, di bagian pendaftaran, saya sudah bisa merasakan suasana yang kental dengan teknologi dan internet. Para peserta yang baru saja datang dipersilakan untuk berfoto di tempat yang sudah disediakan, yang tentunya sudah diperlengkapi dengan atribut-atribut yang berhubungan dengan teknologi dan media sosial. Peserta dapat berfoto dengan bingkai Instagram atau atribut lainnya.

Istilah “Digital Quotient” baru pertama kali saya dengar ketika saya mengikuti seminar ini. Dalam seminar ini, terlebih dahulu dipaparkan mengenai perkembangan teknologi sampai hari ini yang ternyata membawa sangat banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Banyak manfaat yang bisa dirasakan karena berkembangnya teknologi, tetapi tidak sedikit pula efek samping atau dampak negatif dari perkembangan teknologi jika kita tidak menggunakan teknologi dengan baik dan benar.

Dalam sesi “Digital Quotient”, saya mendapatkan penjelasan tentang IQ (Intellegence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient), istilah yang sudah cukup familier di telinga saya. Lalu, dilanjutkan dengan penjelasan mengenai SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual. Setelah hal tersebut disampaikan, penjelasan berlanjut dengan apa yang dimaksud dengan “Digital Quotient”. “Digital Quotient” adalah suatu sikap interaksi dan sosial yang harus dimiliki oleh warga digital untuk menjadi warga digital yang baik dalam menghadapi era digital saat ini. Dalam sesi ini juga dijelaskan keterampilan apa saja yang harus dimiliki oleh warga digital sehingga warga digital mampu menggunakan teknologi dengan baik.

Sesi selanjutnya adalah sesi yang sangat menarik bagi saya. Ternyata, sebagai orang Kristen, saya tidak cukup hanya memiliki “Digital Quotient”. Akan tetapi, saya juga harus memiliki “Christian Digital Quotient”. Kecerdasan digital tidak boleh hanya didasari oleh keterampilan dan nilai-nilai dunia, tetapi utamanya harus didasari oleh mindset dari identitas saya dalam Kristus. Mindset yang harus saya bangun sebagai orang Kristen pada era digital ini, yaitu “Teknologi berasal dari Tuhan, teknologi tujuannya untuk Tuhan, dan harus digunakan untuk Tuhan” (Kolose 1:16-17). Saya baru mengerti bahwa Kecerdasan Digital harus didasarkan pada kebenaran firman Tuhan. Dari penjelasan tersebut, saya dibawa kepada pengertian DBQ (Digital Biblical Quotient). Ternyata, kebenaran firman Tuhan dan kabar keselamatan juga harus memberi warna pada era digital ini. Presentasi selanjutnya, YLSA mulai mengenalkan produk-produk SABDA, yang dapat menolong warga digital Kristen belajar Alkitab dengan berbagai platform digital. Bagi saya, hal ini seperti oasis di padang gurun, memberi jawaban bagi kebutuhan orang Kristen pada era digital ini.

Saya semakin tertarik ketika dihadirkan narasumber yang mewakili generasi milenial. Kesaksian mereka memberi tantangan bagi gereja untuk melek teknologi. Agar tetap menjadi tempat yang relevan bagi generasi milenial untuk mengalami tumbuh kembang dalam perjalanan menuju kedewasaan iman, gereja harus mau belajar dan melakukan transformasi dengan mulai menerima teknologi sebagai sarana atau alat dalam mengabarkan Injil dan menyampaikan kebenaran firman Tuhan.

Saya sangat terkesan dengan acara ini. Acara adalah rangkaian acara yang memberi informasi yang menarik serta kekinian, dilengkapi dengan penyediaan sumber untuk belajar Alkitab sebagai jalan keluar untuk hidup sebagai orang Kristen pada era digital ini dengan benar dan menjadi berkat. Saran saya, acara seperti ini sebaiknya dilakukan secara kontinu agar makin banyak orang tetap hidup benar dan makin memuliakan Tuhan pada era digital ini. Tuhan Yesus memberkati.

Pelajaran dari Artikel “Gandrung Menumpuk Barang”

Sab, 11/03/2018 - 16:03

Judul artikel yang kami baca secara bergilir di kantor minggu ini adalah "Gandrung Menumpuk Barang". Saya tertarik merespons artikel ini karena menurut saya, menumpuk barang adalah kebiasaan banyak orang yang susah dihilangkan, termasuk saya sendiri. Secara sekilas, tampaknya tidak masalah, tetapi sebenarnya hal itu sangat merugikan kehidupan seseorang. Akibat dari kebiasaan ini, tempat tinggal kita berantakan, suasana menjadi sumpek, ruang gerak menjadi kurang bebas, dan tentu saja menimbulkan rasa tidak nyaman. Para ahli menyebutkan bahwa kebiasaan menumpuk barang berkaitan dengan penyakit psikologis yang banyak ditemui pada orang berusia paruh baya. Beberapa ciri dari gangguan ini tampak dari barang-barang yang mendominasi rumah seseorang dan kebiasaannya "mengoleksi" barang yang sebetulnya sudah tidak dia perlukan. Penyebabnya bisa karena trauma, isolasi sosial, ataupun kebiasaan turunan. Artikel ini pada dasarnya hendak memberi solusi kepada pembaca yang mengalami gejala di atas atau yang ingin membantu orang lain yang punya kebiasaan menumpuk barang agar mereka bisa mengatur barangnya dengan lebih efektif.

Ada empat solusi yang penulis berikan dalam artikel ini:

1. Singkirkan barang yang tidak berguna sedikit demi sedikit.
Sisihkan waktu khusus untuk menyortir barang yang tidak perlu. Pisahkan barang-barang yang tidak perlu dengan yang masih diperlukan. Taruh kembali barang-barang yang masih diperlukan pada tempat yang dikehendaki, lalu buang yang tidak perlu.

2. Stop berpikir ulang.
Pada saat menyortir barang yang akan dibuang, segera putuskan barang yang masih sering digunakan dan yang sudah tidak diperlukan. Bersikaplah tegas dan hanya simpan barang yang benar-benar dibutuhkan.

3. Singkirkan kertas bekas.
Salah satu barang yang sering ditimbun oleh para penimbun barang adalah kertas bekas. Objek ini mencakup kertas-kertas bekas dari koran, majalah, atau brosur-brosur. Kumpulkan, lalu jual ke pengepul.

4. Buat sistem penyimpanan barang.
Sistem penyimpanan yang dimaksud adalah daftar barang yang kita perlukan, kemudian secara teratur mendaftarkan barang baru dan barang yang tidak lagi diperlukan. Ketiadaan sistem inilah yang umumnya membuat rumah kita menjadi berantakan.

Saya pribadi sependapat dengan semua tip yang diberikan oleh penulis. Akan tetapi, saya juga ingin menambahkan beberapa opini terkait subjek ini. Pertama, kategori barang yang bisa dibuang menurut saya adalah barang-barang yang tidak pernah lagi kita pakai dalam kurun waktu satu tahun. Pikirkan saja barang-barang yang tidak pernah kita sentuh atau gunakan selama waktu ini, maka sejatinya barang itu dapat dihibahkan, disingkirkan, atau dijual. Satu tahun, menurut hemat saya, adalah waktu yang cukup panjang untuk sebuah barang yang kurang berguna. Kedua, kita harus tegas membuang barang-barang yang sudah tidak diperlukan, sebab tanpa ketegasan ini, biasanya kita berpikir lagi dan lagi, dan akhirnya batal membuangnya. Ini biasanya terjadi untuk barang-barang yang kita anggap bernilai historis atau mengingatkan kita tentang peristiwa atau seseorang yang penting.

Lantas, bagaimana jika barang-barang yang harus dibuang berjumlah cukup banyak? Dalam hal ini, kita bisa menyewa tenaga orang lain untuk membantu. Misalnya dengan jasa angkutan barang untuk membawanya ke pengepul. Selain itu, barang-barang elektronik yang sudah tidak bisa diperbaiki seyogianya juga bisa dilupakan. Barang-barang ini bisa dijual ke pembeli barang elektronik bekas, seperti yang pernah saya lakukan. Di lingkungan saya, biasanya ada pengepul barang elektronik yang berkeliling dengan mobil pick-up untuk mencari orang yang ingin membuang barang. Kepada mereka, saya jual barang-barang elektronik yang sudah rusak dan hanya mangkrak di rumah, entah itu radio, kipas angin, printer, ataupun mesin cuci. Keuntungan bagi saya dan keluarga, selain ruangan menjadi lebih lapang, kami juga mendapatkan uang dari hasil penjualan barang.

Saya sendiri masih senang menumpuk dan sulit "membuang" buku-buku yang sudah selesai saya baca. Saya memang banyak mengumpulkan buku karena kebiasaan membaca yang saya miliki. Buku itu saya dapatkan selama bertahun-tahun dengan membelinya dari berbagai tempat. Setelah membaca artikel ini, saya mulai berpikir untuk menyumbangkan sebagian buku yang sudah saya baca, sebab mungkin saja ada orang lain yang membutuhkan dan lebih berguna jika mereka yang memilikinya.

Bagi sebagian orang, kebiasaan menumpuk barang barangkali sulit dihilangkan, padahal kebiasaan ini tidak sehat. Barang-barang tidak terpakai menjadi bertumpuk karena tidak ada yang membereskan. Oleh karena itu, bagi kita yang memiliki dan ingin menghilangkan kebiasaan ini, harus ada niat dan kesadaran yang sungguh untuk bisa melakukannya. Tidak ada keuntungan dari menumpuk barang yang menyebabkan tempat tinggal kita menjadi sumpek. Sebaliknya, memiliki rumah atau ruangan yang bebas dari tumpukan barang dapat memberi rasa lapang dan ringan bagi pikiran kita. Hitung-hitung, kita juga mengalihkan semua barang tersebut kepada orang lain yang mungkin saja lebih membutuhkan. Bagi Anda yang punya kebiasaan menimbun barang, cobalah mengikuti empat tip yang diusulkan oleh penulis artikel ini. Siapa tahu Anda berhasil, dan tempat tinggal Anda menjadi lebih nyaman.

Pengalaman Magang di Yayasan SABDA Selama Satu Bulan

Rab, 10/10/2018 - 13:35

Oleh: *Gevonny Dinda

Shalom, pertama-tama, perkenalkan nama saya Gevonny Dinda, biasa dipanggil Dinda. Saya adalah mahasiswa dari Universitas Kristen Satya Wacana, Fakultas Bahasa dan Seni dari program studi Sastra Inggris. Puji syukur, karena berkat Tuhan, saya mendapatkan kesempatan untuk magang di Yayasan Lembaga SABDA (YLSA). Saat ini, saya sudah menjadi staf magang selama kurang lebih satu bulan bersama tiga teman lain dari kampus. Ini merupakan pengalaman bekerja yang pertama bagi saya. Karena itu, saya belajar banyak sekali hal penting.

Pada minggu pertama dan kedua, saya diberi banyak sekali orientasi pekerjaan yang akan saya lakukan selama magang di YLSA, seperti orientasi HRD, orientasi penerjemahan komik, orientasi rekaman, dan masih banyak lagi. Saya sangat bersyukur diberi banyak orientasi sebelum melaksanakan tugas-tugas di sini karena hal tersebut sangat membantu saya dalam melakukan pekerjaan dan tanggung jawab sebagai staf magang. Ada beberapa tugas yang sudah saya kerjakan, yaitu tugas menerjemahkan komik, tugas rekaman artikel, tugas menulis kesaksian, tugas menulis pokok doa, dan PA Online. Prioritas minggu pertama di sini adalah menerjemahkan komik karena konsentrasi saya di kampus adalah translation.

Minggu pertama bekerja saya lewati dengan perasaan campur aduk. Senang, semangat, lelah, kaget, dan malu saya rasakan dan mungkin juga dirasakan oleh teman-teman lain. Senang dan semangat, sebab akhirnya hari-hari magang dimulai dan dapat merasakan pengalaman dan lingkungan baru. Lelah, sebab bekerja dari pagi sampai sore, jauh berbeda dengan aktivitas di kampus yang hanya saya lalui rata-rata dua sampai tiga jam per hari. Kaget, sebab tugas-tugas yang dikerjakan berbeda dari ekspektasi. Malu, sebab harus aktif berbicara di depan banyak orang seperti menjadi pemimpin persekutuan doa, menjadi instruktur senam, dan lain sebagainya. Namun, semua itu saya jalani dengan penuh rasa syukur karena hal tersebut jarang saya rasakan sebelumnya.

Peran para mentor juga sangat berpengaruh dalam membimbing saya mengerjakan tugas-tugas di sini. Saya sangat bersyukur kepada mereka karena dengan sabar membimbing dan menuntun saya yang masih sangat awam di dunia kerja. Selalu ada hal positif yang bisa diambil dari setiap kegiatan di yayasan ini. Untuk itu, saya selalu berusaha menikmati semua aktivitas supaya nanti setelah selesai bekerja, tidak akan ada penyesalan di hati. Saat ini pun, saya masih dalam proses adaptasi dengan pekerjaan, lingkungan, dan juga dengan para staf. Saya berharap, saya bisa semakin baik dalam mengerjakan tugas dan bersosialisasi dengan para staf di sini.

Selain mengerjakan tugas menerjemahkan, rekaman, ataupun menulis, YLSA juga mengajarkan kepada saya untuk bertumbuh dalam iman. Setiap pagi, saya selalu mengikuti persekutuan doa dan pemahaman Alkitab bersama staf lainnya. Kegiatan tersebut sungguh bermanfaat bagi saya sebagai orang Kristen yang memiliki tanggung jawab untuk belajar firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Saya merasa lebih dekat dengan Tuhan setelah mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut dan berharap setelah selesai magang, saya tidak berhenti memahami firman Tuhan, tetapi justru lebih rajin lagi membaca Alkitab, berdoa, serta memberitakan firman Tuhan kepada teman-teman di luar sana. Rasanya, saya beruntung dapat belajar firman Tuhan di YLSA karena teman-teman yang magang di tempat lain tidak akan pernah mendapatkan pengalaman seperti yang saya dapatkan di sini. Saya berpikir, “Ah, aku yakin kalau aku jadi mereka, aku akan iri karena tidak bekerja di YLSA. Sungguh indah berkat Tuhan dapat mengirimku ke tempat penuh berkat seperti SABDA.”

Kiranya pengalaman yang saya bagikan ini dapat menjadi berkat kepada teman-teman yang membaca. Tuhan Yesus memberkati!

Selamat Ulang Tahun SABDA!

Jum, 10/05/2018 - 15:29

Pada 1 Oktober 2018, semua staf berkumpul untuk ibadah doa ucapan syukur dalam rangka ulang tahun YLSA ke-24. Acara ibadah ini merupakan awal dari rangkaian acara yang dipersiapkan untuk merayakan ulang tahun YLSA sepanjang Oktober 2018. Untuk itu, setiap staf diminta untuk membagikan tentang arti SABDA menurut mereka dan ucapan syukur kepada Tuhan dalam kesaksian doa. Saya sudah membayangkan bahwa suasana akan penuh dengan sukacita bercampur haru karena masing-masing staf akan menyaksikan kebaikan Tuhan dalam pelayanan di YLSA. Jika berbicara tentang kebaikan Tuhan di YLSA, tidak mungkin tidak, kami akan merasakan kasih-Nya yang besar sehingga rasa haru, bahkan air mata, tidak dapat disembunyikan lagi. Namun, satu hal yang pasti, hati penuh sukacita.

Pada hari H, acara dibuka dengan doa dan pujian riang gembira yang menceritakan tentang kebaikan Tuhan ketika membawa umat Israel keluar dari tanah perbudakan. Saya memilih lagu "Tabuh Gendang" dari Kidung Jemaat No. 292 karena lagu ini selalu membangkitkan ucapan syukur yang tidak terhingga dalam hati saya karena sudah dilepaskan dari dosa dan bisa menjadi umat-Nya. Dan, karena itu, saya pun bisa menjadi hamba-Nya dan melayani Dia di YLSA hingga saat ini. Teman-teman yang lain juga membagikan ucapan syukur mereka melalui sharing dan pujian. Berikut ini beberapa sharing dari teman-teman staf SABDA, kiranya dapat menjadi berkat bagi Pembaca semuanya.

"SABDA bukan hanya tempat untuk bekerja, tetapi tempat untuk beribadah; setiap pagi PA bersama, belajar skill baru, belajar hal baru bersama, dan berbagi. Di sini, saya mendapat pengetahuan baru dari training dan buku-buku yang melimpah." (Mei, Tim Pendidikan Kristen)

"SABDA adalah ladang pelayanan. Di ladang ini, kita sama-sama capek, berkeringat, menjadi bagian dari mengalami kasih Tuhan. Ketika di SABDA, saya bertemu dengan saudara seiman yang baru, belajar melayani di ladang yang panas." (Yudo, Tim Multimedia)

"SABDA adalah training center bagi orang-orang untuk bertumbuh, dibekali, dan bergabung dalam keluarga untuk menjadi berkat." (Tika, ITS)

"SABDA adalah tempat bertumbuh dan mengenal pribadi Kristus. Saat masuk, saya dipaksa untuk belajar Alkitab, saling membentuk sebagai tubuh Kristus (1 Timotius 1:12). Saya yakin dan percaya [bahwa saya] dipanggil untuk melakukan pelayanan ini, sekalipun dari segi skill, [saya] masih perlu didorong untuk menjadi lebih lagi." (Indah, Tim Penjangkauan)

"SABDA adalah sekolah yang membentuk saya. Di sekolah, kita pasti menghadapi masalah. Kita dapat saling menerima pelajaran dari teman-teman, dan pelajaran itu perlu diterapkan dalam kehidupan." (Ariel, Tim Pendidikan Kristen)

"SABDA adalah semacam 'purgatory', tempat saya menempa skill yang masih harus terus dikembangkan, dan memiliki karakter untuk menjadi lebih baik lagi. Ketika sudah mulai bertumbuh dan iman bertambah, saya akan dibenturkan lagi supaya tambah maju lagi. Semua bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi untuk Tuhan!" (Ody, Tim ApTek)

"SABDA adalah tempat magang dan alat yang dipakai dan dipilih Tuhan untuk mewartakan firman dan menumbuhkan iman." (Thesa, Magang UKSW)

"SABDA adalah media bertumbuh bagi kerohanian saya, seperti Kawah Candradimuka dalam kisah pewayangan. Gatotkaca, sebelum menjadi sakti, dibentuk terlebih dahulu. Saya dibentuk menjadi [seperti] sekarang di SABDA. Saya bukan orang dari Solo, tetapi SABDA adalah keluarga dan pendukung yang mendampingi saya." (Okti, Tim Pembinaan)

"SABDA adalah 'love'. Di sinilah, cinta saya bertumbuh kepada Tuhan. Saya melihat Tuhan dan kasih-Nya yang besar dan luar biasa. 'His love for us' bertumbuh dari kecil menjadi besar, dari tidak bisa menjadi bisa. 'Love is also a commitment' ..., komitmen terhadap pekerjaan Tuhan dalam segala keadaan. SABDA adalah kita semua. Melalui kita, Tuhan bekerja; kita, yang bukan siapa-siapa, tetapi Tuhan berkenan memberikan hak istimewa untuk melakukan tugas yang luar biasa dan memberikan dampak. Apa yang dianggap bodoh oleh manusia, ternyata Tuhan pakai untuk pekerjaan-Nya. SABDA [adalah] segalanya bagi saya, pemberian Tuhan yang sangat berharga. (Yulia, Ketua YLSA)

Setiap sharing di atas sungguh menorehkan rasa syukur dan sukacita tersendiri dalam hati kami semua, bahkan ada pula yang menitikkan air matanya. Tuhan sungguh baik!

Selain mendengarkan sharing dari teman-teman, kami juga merenungkan firman Tuhan yang diambil dari Yosua 1:5-9. Dari kisah mengenai perjalanan Yosua memimpin umat Israel memasuki tanah perjanjian ini, kami belajar untuk kuat dan lebih berani karena Tuhan akan terus memimpin kami kepada janji-Nya. Akan ada banyak tantangan pada tahun-tahun ke depan, tetapi kami harus lebih berani lagi untuk melakukan tugas-tugas yang Tuhan percayakan kepada kami ke depan. Kami juga belajar untuk selalu menjalani pelayanan ini dengan bertindak sesuai hukum Tuhan dan taat melakukannya sesuai dengan firman-Nya. Yosua 1:5-9 mengingatkan kami mengenai 'calling' (panggilan), 'capacity' (kapasitas), 'character' (keberanian), serta 'companion' (komunitas orang percaya). Semua itu menjadi dasar yang menguatkan kami melewati tahun ke-24 dengan penuh iman dan pengharapan dalam Tuhan.

Keesokan harinya, kami semua juga mendapat kejutan dengan kiriman roti tar yang sangat cantik dan enak dari salah seorang Sahabat SABDA, yaitu Stefani. Awalnya, kami enggan memotong kuenya karena sangat cantik, tetapi ya pasti akan lebih enak kalau dimakan. Terima kasih ya, Stefani, atas tanda kasihnya kepada keluarga besar YLSA di Solo. Tuhan memberkati.

Ibadah ucapan syukur ini adalah pembukaan dari rangkaian kegiatan peringatan ulang tahun ke-24 YLSA. Pada 7 Oktober 2018, YLSA juga menyampaikan sharing misi di GRII Karawaci mengenai pelayanan YLSA dan mendorong jemaat untuk memakai IT bagi Tuhan. Pada momen ulang tahun ini, YLSA juga rindu mendorong tubuh Kristus untuk makin serius menggarap ladang misi pada era digital ini dengan menjangkau generasi digital melalui program-program pelayanan digital dalam gereja. Beberapa pembaruan/produk baru juga sedang dikebut untuk diselesaikan, seperti beberapa proyek kerja sama YLSA dengan Alkitab Versi Borneo (AVB), aplikasi-aplikasi iOS dari SABDA, pembaruan teks AYT di Alkitab SABDA Android, ITL AYT/AVB, dan sebagainya. Lalu, pada 22 Oktober 2018, YLSA juga menyelenggarakan seminar "Digital Quotient" (Kecerdasan Digital) di Griya SABDA. Semua rangkaian peringatan ulang tahun ini bukan untuk menambah kesibukan, melainkan untuk menyatakan ucapan syukur kami kepada Tuhan dan kerinduan kami untuk membagikan berkat Tuhan melalui pelayanan digital yang telah dipercayakan Tuhan kepada YLSA selama 24 tahun ini. Kiranya semua yang kami kerjakan dapat menjadi berkat bagi Sahabat dan Pendukung YLSA semuanya. Selamat ulang tahun, YLSA! Kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus yang Mahabaik!

Disclaimer | Situs ini dibuat oleh Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) © 2008-2024 | Buku Tamu | E-mail: webmastersabda.org
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Laporan Masalah/Saran